Lika-liku Pemira F.Psi 2021, Apakah Sudah Memuaskan?

Oleh: Afra Maysha & Bunga Prameswari
Editor: Nabila Putri

Psikojur — Pemilihan Raya (Pemira) F.Psi Undip 2021 telah terlaksana. Paslon tunggal atas nama Irfan Naufal dan Rafi Surya berhasil memenangkan kontes pesta demokrasi F.Psi tahun ini. Namun, terdapat satu dan lain hal yang membuat keberjalanan Pemira tahun ini penuh dinamika.

Kesadaran akan pentingnya Pemira masih kurang optimal. Mahasiswa dipandang kurang aktif dalam mengawal Pemira. Terbukti dari total 1.495 hak suara, hanya terdapat 447 total suara yang masuk. Hal ini mengartikan bahwa total suara yang masuk pada Pemira F.Psi 2021 tidak mencapai 30% dari daftar pemilih tetap F.Psi 2021.

Padahal, menurut Muhammad Faqih, Ketua Panlih Pemira F.Psi 2021, Panlih selalu mengupayakan pencerdasan melalui unggahan media sosial. Namun, pencerdasan dinilai masih belum cukup untuk membuka mata warga magenta akan urgensi Pemira.

“Teman-teman mahasiswa perlu mengecek akun IG Pemira dan panitia perlu lebih aktif menjangkau mahasiswa yang belum aware,” ungkap Fiorenza selaku Tim Yudisial Pemira Psikologi 2021.

Pemira F.Psi 2021 kembali mendapatkan sorotan mengenai fenomena ‘melawan kotak kosong’ yang terjadi selama tiga tahun kebelakang yang hanya diikuti oleh paslon tunggal. Hal ini tentu menimbulkan argumen dan tanda tanya besar di kalangan mahasiswa.

Menurut Yanuarisca selaku Ketua BEM F.Psi 2021, timbulnya peristiwa kotak kosong bersumber dari faktor internal yang berupa niat dalam diri untuk menjadi paslon yang tidak bisa dipaksakan dan motivasi eksternal seperti tidak adanya pasangan seperti pada tahun dan tahun 2020 karena akadnya LKMM-TM.

Silvia Rizkizen selaku ketua Senat Mahasiswa F.Psi 2021 juga bertutur perihal faktor penyebab fenomena kotak kosong. Menurutnya, kontestasi PEMIRA berkaitan dengan post election syndrome disorder, yaitu keadaan yang menyebabkan seseorang merasa tidak berdaya ketika kalah dalam suatu ajang pemilihan. Hal inilah yang mungkin menimbulkan ketakutan tersendiri untuk maju menjadi paslon.

Faqih turut berbicara terkait penyebab fenomena tersebut. “Pastinya kita tidak bisa melupakan pandemi, di situasi serba daring ini, aku melihatnya kita semua cenderung enggan untuk ikut serta dalam berbagai hal. Terlebih lagi menjadi calon petinggi bidang eksekutif,” tuturnya.

Keberjalanan Pemira tahun ini menuai sejumlah kritik yang perlu dibenahi, seperti pengunduran jadwal pemungutan suara Pemira yang membuat timeline pemungutan suara mundur sebanyak dua kali.
Timeline Pemira F.Psi 2021 yang terbilang begitu cepat dengan durasi masa tenang yang panjang ini membuat mahasiswa kurang maksimal dalam mengkritisi keberjalanannya. Hal ini dikarenakan adanya aturan yang melarang siapapun untuk berkampanye ataupun mengunggah konten lain yang bersifat mendukung maupun mengkritisi paslon saat masa tenang berlangsung.

Tidak mengherankan bahwa pihak penyelenggara dianggap kurang memantapkan perencanaan acara. Hal ini menjadi evaluasi penting yang perlu diperhatikan panitia agar hal serupa tidak lagi terjadi.
Terlepas dari dinamika yang menyelimuti, semua pihak memiliki harapan besar pada perayaan demokrasi kampus ini.

Ketua Komisi 1 Senat Mahasiswa F.Psi Undip 2021, Dela Aggriani berhadap agar bonding dan transfer learning kepada calon pimpinan organisasi dapat diperkuat agar kotak kosong tidak menjadi budaya F.Psi Undip.

Pemira diharapkan mampu melahirkan sosok pemimpin yang dapat mengemban amanat serta menghadirkan lebih banyak calon pemimpin yang siap bersaing agar di tahun berikutnya tidak terjadi lagi fenomena ‘melawan kotak kosong’.

Psikologi Jurnalistik
Salam tinta, salam cinta, Psikojur jaya!
#KritisinPsikojur

--

--

Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik
Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Written by Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro - Salam tinta, salam cinta, Psikojur jaya!

No responses yet