Klasik No.10, Dimanakah Sekarang?

Oleh : Eganche

AksaRoom - Seringkali kita mendengar klasik no.10 atau di akhir tahun 90-an hingga awal 2000-an memanggilnya dengan trequerista. Sebenarnya, apa itu klasik no.10?

Klasik no.10 merupakan posisi diantara midfielder dan striker yang memiliki kemampuan olah bola yang luar biasa dengan visi permainan yang menakjubkan sehingga mempermudah striker dalam memproses olah bolanya hingga mencetak gol. Tugas dari klasik no. 10 ini hanya sederhana, yakni dengan memberikan kreativitas permainan sepak bola sehingga mampu memberikan key pass untuk mencetak gol. Tidak hanya itu, klasik no.10 juga dituntut untuk memiliki insting mencetak gol yang tinggi sehingga mampu mengubah keadaan. Kita sendiri mengenal banyak sekali klasik no.10 ini, seperti di era 90-an ada Francesce Totti, Denis Bergkamp dan Alessandro Del Piero serta di 2000-an ada Kaka, Riquelme, James Rodriguez dan Mesut Ozil.

Namun seiringnya waktu, sepak bola mengalami evolusi. Banyak sekali perkembangan posisi dan peran yang dimiliki pemain. Di setiap generasi, pemain dituntut untuk all-rounders, striker dituntut untuk trackback dan membuka ruang kepada temannya hingga kiper dituntut untuk pandai mengolah bola dan mampu mendistribusikan umpan dengan baik. Evolusi dalam sepak bola ini mengancam kematian dari pemain no.10 ini.

Hal inilah yang pernah disinggung oleh James Rodriguez di sesi interviu dengan Rio Ferdinand. Ia berkata,“ Semua orang bermain dengan 4-4-2 atau 4-3-3, jarang sekali anak-anak ingin menjadi pemain no.10 sekarang karena pemain no.10 sudah tidak dipakai lagi oleh pelatih, karena sekarang pemain dituntut untuk cepat dan memiliki kemampuan one-on-one.” Sistem sekarang menuntut pemain untuk berkembang menjadi yang lebih berbeda, tetapi pemain Klasik no.10 hanya mampu untuk melakukan keypass dan merubah permainan. Pemain no.10 jarang sekali melakukan track back dan melakukan intercept. Pemain no.10 juga jarang sekali turun di sepertiga lapangan untuk mengambil bola. Hal inilah yang menyebabkan pemain no.10 ditinggalkan.

No.10 dalam sebuah permainan bola modern tidak hanya ditonjolkan pada posisi gelandang serang saja, tetapi juga didapatkan di posisi yang lainnya. Striker seperti Roberto Firmino mampu mengkonversikan playmaker dalam bentuk false nine. Gelandang bertahan mampu membuat kreativitasnya dalam sepak bola dengan role deep lying midfielder, seperti Thiago Alcantara dan Pirlo. Bahkan, bek pun mampu membuat kreativitasnya dengan umpan-umpan akuratnya, seperti Trent Alexander-Arnold.

Jumlah klasik no.10 sudah sedikit tersisa, yang masih saya ingat sampai sekarang ialah Modric, James, dan Ozil. Modric mampu berevolusi dari klasik no.10 menjadi no.8 dan menjadi jenderal lapangan tengah. namun, nasib buruk menimpa Ozil dan James.

Semenjak Real Madrid menunjuk Zidane sebagai pelatih los blancos, menit bermain james semakin berkurang. Ada indikasi bahwa taktik Zidane tidak sesuai dengan permainan James Rodriguez. James pun sempat bersinar di Bayern Munich ketika kala itu Bayern diasuh oleh Carlo Ancelotti. Don carlo memosisikan James di tempat yang sebenarnya di antara midfielder dan striker sehingga sinar benderang dialami james pada masa peminjaman di Bayern Munchen. Sayangnya, Bayern tidak ingin membayar release clause tersebut dan james Kembali ke madrid. Di sana ia kembali menjadi penghangat bangku cadangan saja. Untungnya Everton ingin membeli jasanya dan madrid menjualnya sebesar £25 juta. Kegemaran james yang suka turun di sepertiga lapangan, membuat Don Carlo menginginkan jasanya. Ancelotti memposisikan james 4-3-1-2 dan james diposisikan sebagai trequerista. Tak hanya itu, Ancelotti memberi James free role dan mundur agak kebawah sehingga James mampu bersinar di Everton.

Ozil merupakan salah satu anugerah yang dimiliki sepak bola. Bakatnya dalam mengolah bola dan visi permainan yang luar biasa membuat ia dikagumi banyak penggemar. saya melihat sinarnya ketika Ozil membela Real Madrid. Ketika itu pula, ia mampu menjadi motor serangan Real Madrid. Ia juga mampu menyingkirkan pemain bintang sekelas Kaka. Ketika Ozil memilih karirnya di Arsenal, fans The Gunners bersuka riang. Terbukti dengan kontribusi assist nya yang cukup banyak yang membuat fans kagum terhadapnya. Pergantian pelatih dari Arsene Wenger menjadi Unai Emery membuat menit bermain Ozil berkurang. Ozil juga sering ditaruh sebagai pemain no.8. untuk beradaptasi dalam sistem permainan pelatihnya, namun, semua itu hanya sia-sia dan ozil tidak mampu untuk berkembang di posisi tersebut. Mungkin, Ozil merupakan satu-satunya pemain no.10 yang bertentangan dengan zaman.

Sekarang ini manager dengan ideologi menyerang lebih memilih pemain pekerja keras dibandingkan dengan pemain klasik no.10. Mereka lebih memilih menyerang melalui sayap dan bermain lebih direct. Bahkan, Klopp pernah berkata bahwa playmaker terbaik adalah counterpressing sehingga dengan sangat yakin Klopp lebih memilih gelandang pekerja keras yang tenaganya dapat dibutuhkan dalam situasi counterpressing.

Daun-daun berguguran dan daun mudah tumbuh. Seperti itulah perkembangan nomor 10 sekarang. Modern no.10 bermunculan, seperti Kai Havertz, Hakim Ziyech, dan Bruno Fernandes. Cox (2020) mengatakan bahwa seperti halnya 2000an dan 2010an, no.10 tampaknya akan mati seiring berjalannya waktu, namun semangat dan tekadnya lebih hidup dari sebelumnya.

Psikologi Jurnalistik,
Salam tinta, salam cinta, Psikojur Jaya!
#AksaRoomPsikojur

--

--

Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik
Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Written by Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro - Salam tinta, salam cinta, Psikojur jaya!

No responses yet