Food Truck Tuai Kritik: Kebijakan Baru Dibatalkan Undip

Oleh: Hanita Azzahra & Aulia Rahmadesfi

Editor: Nabila Wardhani

Psikojur Pada bulan September lalu, mahasiswa UNDIP digemparkan dengan kebijakan baru mengenai salah satu program universitas, yaitu food truck. Food truck UNDIP merupakan program makan siang gratis yang berjalan mulai bulan Oktober 2022 untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mahasiswanya dengan cara yang mudah, praktis, dan tanpa biaya. Program yang awalnya dapat digunakan oleh semua mahasiswa dari berbagai golongan UKT, tiba-tiba diubah ketentuannya menjadi aksesibel hanya kepada mahasiswa dengan golongan UKT 1–3 dan mahasiswa penerima KIP-K mulai 1 Oktober 2024.

Program food truck sendiri ada dengan membawa harapan akan meningkatkan semangat belajar, menjadi suatu sumber nutrisi harian, dan meringankan beban finansial mahasiswa. Tetapi, kebijakan yang dikeluarkan seakan menegasi manfaat dari adanya food truck ini sendiri. Kebijakan ini menuai kritik dari sebagian besar mahasiswa, terlebih mereka yang dirugikan. Kritik dilayangkan karena keberadaan food truck sangat membantu semua golongan mahasiswa, terlebih mereka yang mendapatkan golongan UKT yang melebihi kemampuan finansialnya.

“Seharusnya bisa diakses semua mahasiswa UNDIP, karena kita semua bayar UKT juga,” ujar salah satu mahasiswi ketika ditanya mengenai kebijakan food truck yang baru. Seorang mahasiswa lain yang mengaku menjadi seorang pelanggan rutin dari food truck UNDIP juga keberatan akan adanya kebijakan baru ini, “Sebenernya niatnya baik ya karena biar UKT bawah kebagian walau masih war, tapi yang anak mandiri kasian kalau nggak ada uang jadi gak bisa ikut,” ucapnya.

Sementara itu, seorang mahasiswa penerima KIP-K, yang telah menggunakan layanan food truck sejak program ini dimulai, juga menyampaikan pengalamannya terkait kebijakan baru ini. “Aku udah tahu food truck dari pertama kali ada, tapi baru puasa 2024 kemarin aku coba pertama kali war (mendapatkan layanan) food truck. Awalnya nggak dapat, tapi sekarang hampir selalu dapat, meskipun kadang kalah karena jaringan jelek.” Ia juga menambahkan bahwa ia belum sempat merasakan perbedaan setelah kebijakan baru diterapkan, karena semester ini ia hanya menggunakan food truck seminggu sekali. Namun, ia turut merasakan keprihatinan terhadap teman-temannya yang berada di golongan UKT tinggi, “Walaupun aku diuntungkan dengan kebijakan ini, karena pesaing war food truck bakal lebih sedikit, tapi jujur aku merasa kasihan sama teman-teman yang UKT-nya di atas (golongan) 3. Udah UKT tinggi, ada program food truck, tapi nggak bisa menikmatinya.”

Kebijakan baru ini seakan mematikan harapan para mahasiswa yang berada dalam keluarga ekonomi menengah dengan golongan UKT tinggi dikarenakan program food truck menjadi salah satu alternatif utama untuk menghemat uang saku. Berkaca dari masalah yang pernah ada, golongan UKT tidak menjadi penentu kemampuan finansial mahasiswa. Banyak mahasiswa yang mendapat imbas dari tidak adilnya sistem penentuan UKT, seperti mereka yang berada dengan kondisi ekonomi pas-pasan mendapatkan golongan UKT tinggi dan mereka yang ternyata berkecukupan justru mendapatkan bantuan program KIP-K.

Sebagai solusi, mahasiswa mengusulkan agar pihak universitas meninjau ulang kebijakan ini dan melibatkan perwakilan mahasiswa dari semua golongan UKT dalam proses evaluasi. Selain itu, beberapa mahasiswa mengusulkan alternatif berupa sistem subsidi berdasarkan permohonan khusus, sehingga mahasiswa yang benar-benar membutuhkan bantuan, meskipun dari golongan UKT tinggi, tetap bisa mengakses program ini. Dialog terbuka antara pihak universitas dan mahasiswa juga diharapkan dapat menjembatani kebutuhan dan mencari solusi yang lebih inklusif, agar kebijakan ini tidak merugikan pihak manapun. Universitas juga bisa mempertimbangkan pengembangan program-program tambahan, seperti beasiswa makanan atau kerja part-time, untuk meringankan beban finansial mahasiswa secara lebih merata.

Setelah mendapat kritik, pihak universitas memutuskan untuk membatalkan kebijakan tersebut, sebagaimana dikonfirmasi oleh akun resmi food truck UNDIP di media sosial X, @foodtruckundip, merespons pertanyaan mengenai kebijakan yang berlaku mulai Oktober. Meskipun keputusan untuk membatalkan kebijakan ini telah diambil, peristiwa ini menyoroti pentingnya dialog yang lebih terbuka antara pihak universitas dan mahasiswa dalam pembuatan kebijakan yang berdampak langsung pada kehidupan mahasiswa.

Psikologi Jurnalistik 2024

Salam tinta, salam cinta, Psikojur Jaya!

#KritisinPsikojur

Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik
Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Written by Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro - Salam tinta, salam cinta, Psikojur jaya!

No responses yet