ALERTA! Gelora Diskusi Wadas Gandeng LPM Semarang

Oleh: Thariq Muhammad
Editor: Ghithrafani Hanifah

Psikojur - Pada hari Jumat (18/02/2022), telah digelar diskusi Wadas di Kedai Wakamsi, Tembalang yang mengundang berbagai Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Semarang untuk meliput screening film "Wadas Tetap Waras" serta acara tutur kata warga korban dari berbagai daerah di Jawa. Sehubungan dengan kejadian di desa Wadas pada tanggal 8 Februari lalu, ratusan polisi daerah Jawa Tengah menimbulkan kehebohan dan ketakutan pada warga setempat.

Diskusi yang seharusnya berlangsung dari jam 15.00 WIB di Matera Café ini dibatalkan oleh Polrestabes Semarang. Hingga akhirnya cafe tersebut terancam akan disegel apabila tetap mengadakan diskusi Wadas. Diskusi akhirnya dipindahkan ke Kedai Wakamsi dan tetap berlanjut hingga pukul 16.40 WIB. Pasalnya, diskusi tersebut merupakan kegiatan yang sama seperti perkuliahan biasa sehingga tidak memerlukan surat pemberitahuan apapun.

Diskusi dimulai dengan sedikit pemaparan dari LPM Hayam Wuruk yang kemudian dilanjutkan dengan screening film “Wadas Tetap Waras”. Tayangan ini menampilkan sejarah awal mulanya bagaimana Wadas direncanakan untuk menjadi tempat Proyek Strategis Nasional serta bagaimana tanggapan warga asli setempat pada tahun 2020.

Hari semakin petang, diskusi pun semakin berjalan intens dengan pemaparan dari warga asli Sukoharjo, Batang, Dieng, serta Wadas. Mereka menceritakan kronologi ketika pemerintah mencoba mendekati mereka dan merusak tanah warga demi keuntungan percepatan pembangunan ekonomi melalui proyek industri mereka. Kisah yang sangat mengenaskan, banyak warga yang rumahnya tergusur dan terpaksa pergi dari kampung halaman karena udaranya yang tercemar.

Tujuan diselenggarakannya acara ini adalah untuk membantu Wadas agar tidak tertimpa bencana seperti yang telah mereka alami. Dalam acara tutur kata warga wadas, Suswanto, seorang petani dari Desa Wadas mengatakan bahwa yang menerima keputusan para pemerintah adalah warga desa lain dan 7 RT Desa Wadas semua menolak kecuali orang yang tidak berprofesi sebagai petani.

Terdapat salah satu kutipan dari seorang warga Dieng yang cukup menyita perhatian, ”Sebelum mata air kita menjadi air mata, kita akan terus melawan sampai mati,” Maka dari itu, harapannya kawan pers mahasiswa Semarang dapat menyampaikan pesan ini pada publik, agar kita tidak lagi terjerat oleh pertumbuhan ekonomi destruktif yang membuat si kaya makin kaya dan si miskin makin miskin.

Psikologi Jurnalistik 2022
Salam tinta, salam cinta, Psikojur jaya!
#ReportasePsikojur

--

--

Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik
Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Written by Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro - Salam tinta, salam cinta, Psikojur jaya!

No responses yet