AI: Ancaman atau Peluang bagi Mahasiswa

Bayangkan setiap gerakanmu diprediksi seolah dikendalikan oleh sebuah sistem raksasa yang tahu segalanya. Sistem yang dengan cermat menciptakan ilusi kesempurnaan seakan tak ada celah untuk kekeliruan. Dalam kenyamanannya, kita mudah saja untuk terlena, mengabaikan kenyataan bahwa ruang untuk kreativitas semakin terbatas dan terhanyut dalam dunia yang terotomatisasi dan serba praktis.

Media sosial yang merupakan wadah untuk berkomunikasi dan bertukar informasi tak luput dari jajahan dan ajang meluasnya interaksi AI. Berbagai fitur seperti filter wajah, pengeditan foto dan video, begitu memanjakan penggunanya. Tren masa kini pun juga terpengaruh, dimana pengguna media sosial seringkali FOMO mengikuti suatu tren tanpa tahu makna sebenarnya dan kehadiran AI dalam bermedia sosial pun menjadi bagian dari dinamikanya.

Dalam dunia yang semakin terhubung oleh teknologi, AI mengakar dalam berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali pendidikan. Dalam jenjang perkuliahan misalnya, AI kerap diintegrasikan dengan materi-materi untuk memperkaya pengalaman belajar mahasiswa. AI juga dapat memberikan umpan balik yang instan, seperti membantu mahasiswa mengembangkan kerangka pikiran dan mempercepat proses pengerjaan tugas. Bagi mahasiswa yang hidup di tengah revolusi digital, menggunakan AI bukan hanya soal mengikuti tren, tetapi juga soal mengeksplorasi peluang dan ancaman yang ditawarkan teknologi ini.

Dalam kesehariannya, mahasiswa kerap menggunakan AI untuk membantu mengerjakan tugas dan mencari materi pembelajaran. Adanya AI memudahkan mahasiswa dalam menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan, dimana AI bisa menjadi guru sekaligus teman yang dapat membantu mereka memahami materi yang kurang dikuasai. Tidak hanya itu, beberapa dosen seringkali memberikan referensi materi berbahasa asing sehingga kemunculan AI tentunya mempermudah mahasiswa untuk memahami materi dari berbagai bahasa. Kemudahan dalam memahami bahasa asing ini nantinya akan meningkatkan pengetahuan dan memperluas perspektif mereka mengenai hal-hal baru dari mancanegara.

Penggunaan AI dalam dunia perkuliahan memang menawarkan beragam manfaat. Akan tetapi, apakah keberadaan AI benar-benar membantu, atau justru menghambat perkembangan intelektual dan kreativitas? Jika tidak digunakan dengan bijak, maka AI bisa menjadi pedang bermata dua. Ketergantungan pada AI juga berisiko melemahkan daya analisis, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jika semua permasalahan juga dapat diselesaikan oleh mesin, maka mahasiswa dapat kehilangan arah dalam memahami esensi belajar yang sesungguhnya.

AI hadir dengan segala kemudahan yang ditawarkan dan mampu mempersingkat segala aktivitas yang tengah dilakukan. Akan tetapi, dibalik segala kemudahan yang ditawarkan, ancaman juga turut menyertai. Ketergantungan menjadi salah satu ancaman nyata dari keberadaan AI. Kemudahan dalam melakukan berbagai hal membuat mahasiswa enggan untuk berpikir kritis sehingga mereka dapat kehilangan kemampuannya tersebut. Tidak hanya itu, penggunaan AI juga berpengaruh terhadap orisinalitas karya yang diciptakan oleh mahasiswa. Kemudahan membuat karya dengan hanya memasukkan topik serta format misalnya, hal tersebut dapat mengakibatkan dipertanyakannya keorisinalan karya mahasiswa.

Menggunakan AI secara bijak berarti memahami batasan dan potensi dari teknologi serta tetap mempertahankan kemampuan analisis dan berpikir mandiri. AI bisa menjadi peluang besar jika digunakan untuk mempercepat proses belajar dan memperkaya pemahaman, tetapi dapat menjadi ancaman jika kita bergantung sepenuhnya tanpa mengembangkan kemampuan berpikir sendiri. Oleh karena itu, mari jadikan AI sebagai mitra belajar, bukan sebagai pengganti proses berpikir kita. Sebab, pada akhirnya, kecerdasan manusia tetaplah faktor utama dalam menciptakan perubahan dan inovasi.

AI hanyalah sebuah alat dan kita sebagai mahasiswalah yang menentukan penggunaannya, apakah AI akan menjadi ‘asisten’ yang mendukung perkembangan akademik, atau justru menjadi belenggu yang dapat menghambat pertumbuhan intelektual. Sebagai mahasiswa, kita perlu menanyakan kepada diri sendiri: Apakah kita mengendalikan AI, atau justru AI yang mengendalikan kita? Pilihan ini akan menentukan masa depan kita di era digital.

Setelah mengetahui berbagai dampak yang ada dari penggunaan AI, kita perlu menyikapinya secara bijak. Untuk itu, refleksi diri adalah solusi yang paling tepat untuk membantu kita menyikapi hal ini. Pikirkan dampak jangka panjangnya dan renungkan bagaimana teknologi ini seharusnya digunakan untuk kebaikan bersama. Bagaimana kita menggunakan AI menentukan seberapa menguntungkan dan seberapa mengancamnya teknologi ini.

Penulis: Fajar Chusni, Aqila Citra, Ardila Nur, Novelia Irma, & Amalia Syahida

Editor: Hanna Isabel

REFERENSI

Dwihadiah, D., Gerungan, A., & Purba, H. (2024). Penggunaan ChatGPT di kalangan mahasiswa dan dosen perguruan tinggi Indonesia. CoverAge: Journal of Strategic Communication, 14(2), 130–145. https://doi.org/10.35814/coverage.v14i2.6058

Salsabilla, K. A. Z., Hadi, T. D. F., Pratiwi, W., & Mukaromah, S. (2023). Pengaruh penggunaan kecerdasan buatan terhadap mahasiswa di perguruan tinggi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sistem Informasi, 3(1), 168 — 175. https://doi.org/10.33005/sitasi.v3i1.371

--

--

Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik
Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Written by Lembaga Pers Mahasiswa Psikologi Jurnalistik

Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro - Salam tinta, salam cinta, Psikojur jaya!

No responses yet